Sulawesi Kini, Bolmong – Rapat Koordinasi dan Evaluasi (Rakorev) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) yang digelar Selasa 17 September 2024 menunjukan naiknya kasus stunting secara merata di 15 Kabupaten/Kota se Sulut.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) sendiri, terjadi prevalensi stunting yang cukup signifikan untuk tahun 2023. Dimana, dari target yang dipatok turun di angka 17,39 persen dari tahun 2022 yang berada di angka 19 persen, justru malah naik menjadi 24,8 persen di tahun 2023.
Meski demikian, kenaikan kasus stunting yang dialami Kabupaten Bolmong masih di bawah Kabupaten Bolsel, Sitaro, Bolmut dan Minsel.
Ada pun kenaikan kasus stunting di Bolmong ini terjadi karena banyak indikator. Baik dari internal Pemkab Bolmong mau pun dari eksternal yang juga harus berperan dalam penanganan stunting.
Hal ini dijelaskan Kepala Bapelitbangda Bolmong, Mutu Mokoginta, Rabu 18 September 2024.
“Banyak faktor yang mempengaruhi naiknya kasus stunting ini. Dan kenaikan kasus stunting ini terjadi di seluruh wilayah Pemprov Sulut. Indikatornya juga luas meliputi kemiskinan sulut yang meningkat, faktor income per capita, faktor inflasi, kesadaran masyarakat dan ibu hamil untuk 1000 hari kehidupan pertama, dan beberapa indikator lainnya,” ungkap Mutu.
Mutu juga menjelaskan, pelaksanaan 8 aksi konvergensi stunting oleh Pemkab Bolmong sudah sesuai dengan anggaran dan program yang ditetapkan.
Namun, ada wilayah yang tidak menjadi kewenangan Pemkab Bolmong yang menjadi penyumbang naiknya kasus stunting di Bolmong.
“Post anggaran untuk penanganan stunting di Kabupaten Bolmong sudah sesuai. Namun, lebih kepada faktor eksternal yang uncontrolled,” sambung Mutu.