Kisah Ibu Rumah Tangga, Amelia Manoppo Saat Selamat Dari Maut Banjir Bandang Desa Togid

Sulawesi Kini, Boltim – Tragedi musibah banjir bandang yang melanda Desa Togid, Kecamatan Tutuyan, Kabupaten Boolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara beberapa hari lalu, Selasa 29/4/2025 lalu mengisahkan sangat mendalam bagi warga setempat.

Amelia Manoppo (27) salah satu ibu rumah tangga yang selamat, kepada wartawan Sulawesikini.com Rabu 30/4/2025, mengatakan kalau waktu kejadian, dia dan kedua anaknya yang masih kecil sedang berada dirumah, sementara suaminya, Alfan Momoginta (31), lagi keluar rumah sebentar.

” Saya dan kedua anak saya dalam keadaan tidur, tiba tiba terdengar suara air sungai yang kebetulan dibelakang rumah, suaranya sangat kuat. Setelah saya bangun dan lihat, ketinggian air sudah berada diatas tanggul. Saya langsung bergegas keluar sambil menggendong kedua anaknya yang masih kecil,” ucapnya.

Dia sempat menitipkan kedua anaknya kepada birman (kerabatnya), sambil meminjam motor untuk memanggil suaminya yang lagi keluar. Setelah bertemu dengan suaminya, mereka berdua kembali kerumah.

Kami kembali kerumah untuk mengambil barang – barang yang bisa diselamatkan. Tapi baru beberapa menit, tiba – tiba tanggul yang ada dibelakang rumah jebol, sehingga dia dan suaminya langsung keluar rumah sambil berpegangan tangan, tambahnya.

Meski air/banjir sudah masuk kerumah warga, tapi debit air masih dibawah betis orang dewasa, sehingga dia langsung menyuruh suaminya untuk mengambil kedua anaknya yang dititipkan kepada birman mereka.

” Pas suami saya pergi mengambil anak – anak, tiba – tiba tanggul yang lainya jebol. Air langsung mengarah kedirinya seperti tsunami. Saya langsung berlari menyelamatkan diri, karena kondisi air sudah dipinggang, ” tuturnya.

Dia sempat terbawa arus banjir, namun dirinya tidak khilaf karena salalu berdoa, dan saat melihat pohon mangga, dia langsung memegang dan menaikinya sampai ke ujungnya, karena debit air semakin menambah.

READ  Pjs Sangadi se-Boltim Ikut Bimtek di Jakarta, Bupati Sam Sachrul Bersama Akademisi IPDN Jadi Pemateri

” Meski berjam – jam diatas pohon mangga dengan suasana gelap gulita karena strom telah dipadamkan, saya terus berteriak minta tolong. Dipikiran saya hanya pada anak anak dan suaminya bagaimana nasib mereka. Beruntung kaka kandung saya, Fajri Manoppo memaksakan diri, datang menyelematkan saya, walaupun kondisi air masih deras, ” kisahnya.

Saya berharap tanggul yang jebol, dapat diperbaiki kembali, biar banjir tak akan menerjang lagi, tutupnya.(Rustaman Paputungan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *